Masyarakat maupun produsen kendaraan bermotor mulai sadar bahwa lama kelamaan bahan bakar fosil mulai mengalami penurunan. Hal ini membuat berbagai ilmuwan maupun perusahaan teknologi mulai mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan. Diantara berbagai bahan bakar pengganti fosil yang eco-fiendly adalah energi listrik. Tidak dapat dipungkiri bahwa berbagai bentuk energi telah banyak dikonversi ke energi listrik. Sehingga, pengembangan kendaraan listrik adalah langkah yang tepat untuk mengatasi keterbatasan bahan bakar fosil. Sumber daya yang dapat dikonversi menjadi listrik beragam, seperti pemanfaatan panel surya ataupun baterai. Baterai adalah yang paling kompatibel ketika diterapkan untuk kendaraan listrik.
Umumnya, baterai yang digunakan pada mobil listrik adalah baterai lithium. Bahan baku pembuatan baterai ini diantaranya adalah kobalt dan nikel. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, termasuk kobalt dan nikel. Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia yang mayoritas tersebar di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara. Namun, pemanfaat baterai berbahan baku nikel tak lepas dari permasalahan lingkungan. Tambang nikel dapat menghasilkan limbah berupa lumpur yang dapat merusak lingkungan. Proses pembuangan lumpur ini berdampak pada kelestarian lingkungan.
Kelestarian laut
Tambang nikel tidak lepas pengolahan limbah yang harus diperhatikan. Pengolahan limbah yang baik akan melestarikan lingkungan di sekitar pertambangan, begitu pula sebaliknya. Namun, jika limbah ini tidak diolah dengan baik, seperti langsung dibuang di laut, akan merusak ekosistem laut. Flora dan fauna tidak dapat bertahan hidup dengan tingkat toksisitas limbah ini. Akibatnya, banyak biota laut yang akan punah. Meskipun telah dikembangkan teknologi untuk mengatasi tingkat pencemaran limbah ini, namun hal ini masih dapat mengganggu kehidupan terhadap bentos, plankton, dan fitoplankton di dalam laut.
Merugikan nelayan
Pembuangan limbah tambang ini juga dapat merugikan nelayan konvensional. Ekosistem laut akan punah akibat pembuanangan limbah ini. Sehingga, nelayan konvensional pun akan mengalami penurunan tangkapan ikan bahkan hingga tidak menghasilkan sama sekali. Kesulitan nelayan menangkap ikan nantinya juga sedikit banyak akan berpengaruh pada rantai ekonomi warga di sekitar wilayah tersebut. Meskipun penangkapan ikan oleh kapal besar dari perusahaan masih dapat mengangkap ikan, namun kesulitan yang dihadapi nelayan konvensional juga berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi.
Merusak rantai makanan
Ketika limbah tambang nikel yang berupa lumpur dibuang ke laut, maka akan mempengaruhi rantai makanan yang ada di laut. Hal ini nantinya juga akan berdampak pada manusia. Kandungan logam dan sisa pengolahan limbah ini tetap akan berpengaruh pada makanan yang bersumber dari laut di wilayah pembuangan tersebut. Jika hal ini terakumulasi, maka sumber bahan makanan dari laut ini akan memperburuk kesehatan manusia.
Keismpulan
Pengguanaan baterai lithium merupakan solusi yang bagus untuk mengatasi masalah keterbatasan sumber daya minyak. Namun, proses pertambangan bahan baku baterai lithium juga harus diperhatikan agar tidak menimbulkan masalah baru dalam mengatasi suatu masalah. Keterbatasan sumber daya minyak teratasi, namun jangan sampai muncul masalah baru di bidang kelestarian lingkungan. Perlu adanya konsolidasi antar pemangku kebijakan dan pelaku proses pertambangan agar selaras dan dapat menghindari permasalah lingkungan dengan kebijakan-kebijakan yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, limbah tambang bisa diolah menjadi bahan baku pembuatan jalan dan menjadi komoditas ekspor yang menjajinkan mengingat Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Proses pengolahan limbah juga harus menjalani uji toksisitas agar tidak melebih standar yang telah ditentukan untuk menjaga ekosistem laut.